Kampanye Mestinya Saling Serang: Juru Bicara Presiden Tuding Wiranto Berkampanye Negatif
Jakarta, Kompas – Wiranto dinilai telah memelopori kampanye yang sifatnya menyerang. Kampanye ini dinilai positif karena mendorong pemilih untuk menilai para calon presiden di Pemilihan Umum 2009 berdasarkan rekam jejak.
Jadi, pemilih menilai para calon presiden bukan berdasarkan mata-mata puja-puji saja.
Pakar ilmu komunikasi politik dari Universitas Indonesia, Effendi Gazali, menyampaikan hal itu dalam Diskusi Dialektika Demokrasi yang diadakan Koordinatoriat Wartawan DPR, Jumat (30/5), dengan tema ”Pencitraan Pemimpin Melalui Iklan”.
Menurut Effendi, tanpa ada kampanye yang sifatnya menyerang lawan politik, iklan-iklan kampanye politik hanya memulia-muliakan calon.
”Attacking itu sah-sah saja,” ujar Effendi. Yang terpenting, lanjutnya, data yang disampaikan dalam menyerang itu harus akurat.
Sementara itu, Juru Bicara Kepresidenan Andi Mallarangeng sangat mengecam iklan Wiranto yang menyerang Presiden.
Dia bahkan menilai iklan Wiranto sebagai kampanye negatif atau bahkan kampanye hitam yang tidak etis dan menyesatkan.
”Iklan Wiranto itu tidak benar, seakan-akan Presiden pernah berjanji tidak akan menaikkan harga BBM,” kata Andi berapi- api.
Ketua Umum Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Wiranto yang juga hadir dalam diskusi tersebut menegaskan bahwa iklan yang dia sampaikan itu diambil dari website Presiden tertanggal 21 Mei 2008 yang berjudul ”Pemerintah Tidak Akan Naikkan Harga BBM”.
Namun, setelah iklan dirinya muncul pada 23 Mei 2008, judul dan substansi berita itu langsung berubah. ”Kalau sudah begini, yang tidak etis siapa?” Wiranto balik bertanya.
Menurut Andi, dalam website Presiden itu pun sesungguhnya tidak ada kutipan langsung dari Presiden yang menyebutkan bahwa Presiden pernah berjanji tidak akan menaikkan harga BBM. Hal itu hanya tertulis dalam judul berita. ”Wartawan website Presiden yang tidak benar,” ujarnya.
Wiranto menegaskan, iklan merupakan bentuk lain dari upayanya untuk menyambung aspirasi rakyat yang terputus dengan pemerintah.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM, pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat miskin, dan terakhir bantuan langsung kepada mahasiswa sesungguhnya merupakan niat baik, tetapi dilakukan dengan cara yang salah dan waktunya tidak tepat. Dia mencontohkan, bantuan kepada mahasiswa diberikan setelah mereka aktif berdemonstrasi.
”Saya tidak akan berhenti beriklan selama masih menjadi cara efektif untuk mengingatkan pemerintah. Terimalah kritik sebagai masukan positif. Ini bukan kampanye hitam,” ujar Wiranto.
Debat calon presiden
Rancangan Undang-Undang Pemilu Presiden (RUU Pilpres) yang sekarang sedang digodok DPR dan pemerintah tampaknya juga akan mendukung kampanye yang bersifat menyerang ini.
Menurut Ketua Panitia Khusus RUU Pemilu Presiden Ferry Mursyidan Baldan (Fraksi Partai Golkar), dalam UU itu nanti akan diatur debat antarcalon presiden sekitar enam hingga kali. ”Debat antarcalon ini akan difasilitasi Komisi Pemilihan Umum,” paparnya.
Dengan adanya mekanisme debat antarcapres ini, diharapkan hal itu dapat memudahkan pemilih menilai calon terbaik. ”Para calon akan terlihat aslinya saat debat,” ujarnya.
Mahfudz Siddiq dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera berharap melalui debat juga akan diketahui siapa di antara para calon yang memiliki pemikiran. ”Sudah sejak lama tidak ada pemimpin di negeri ini yang mampu menawarkan narasi-narasi besar,” ujar Mahfudz. (sut)
Tulisan ini dikutip dari Kompas Cetak Online, 31 Mei 2008