Home > Education > Political Marketing > Politikus Indonesia Banyak “Kelas Bawah”

Politikus Indonesia Banyak “Kelas Bawah”

Jakarta, Kompas – Perilaku politik masyarakat dan juga para politisi atau tokoh partai politik saat ini banyak yang rusak. Konflik antarpandangan atau partai politik sering berlanjut ke persoalan dan hubungan antarpersonal atau pribadi politisi bersangkutan.

Hal itu disampaikan sejarawan Anhar Gonggong, Rabu (10/12), seusai menjadi pembahas dalam peluncuran dan diskusi buku Transisi Orde Lama ke Orde Baru, Sebuah Memoar karya aktivis Gerakan Jalan Lurus, Sulastomo, di kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

Kondisi macam itu, menurut Anhar, tidak terjadi pada masa lalu, antarpara tokoh yang berbeda atau bahkan berseberangan pandangan serta aliran politiknya. Dia mencontohkan perdebatan fenomenal antara IJ Kasimo dan Moh Natsir dalam sidang Konstituante.

”Saat rapat Konstituante, keduanya berdebat keras habis-habisan soal dasar negara. Yang satu bilang Pancasila, sementara yang satu lagi berkeras Islam harus jadi dasar negara. Tetapi, selepas sidang, mereka berdua masuk warung dan makan sambil minum kopi sama-sama,” ujar Anhar.

Hal seperti itu menunjukkan ada kematangan dan kedewasaan seseorang dalam berpolitik. Semakin dewasa seseorang, persoalan atau perbedaan pandangan politik tidak akan sampai berpengaruh sedikit pun pada masalah personal.

”Ketika seseorang hanya menjadi politikus kelas bawah, emosinya akan tetap selalu terkait dengan tingkah laku politiknya. Sampai kini kualitas politikus kita masih rendah. Salah satu penyebabnya perekrutan dalam parpol sendiri,” ujar Anhar.

Anhar mengaku prihatin perilaku warisan Orde Baru yang tidak menerima perbedaan masih terjadi sampai sekarang.

Turut hadir dalam acara itu sejumlah tokoh seperti mantan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad, Ketua Umum Majelis Dakwah Islamiyah KH Chalid Mawardi, Ketua Bidang Pengkajian Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat Kiki Syahnakri, serta peneliti senior dan Ketua Pembina Yayasan CSIS Harry Tjan Silalahi.

Dalam kesempatan yang sama Sulastomo mengaku pesimistis pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2009 bakal menghasilkan perubahan signifikan. Apalagi jika melihat aturan perundang-undangan terkait kedua isu itu tidak mendukung perubahan.

”Kalau di AS kan mekanisme serta aturannya jelas dan semua bisa diawasi secara terbuka. Bahkan, soal kondisi kesehatan dan rekam jejak si calon dapat diakses dan diketahui siapa pun secara terbuka. Pokoknya semua serba transparan, bahkan sampai masalah-masalah yang sifatnya pribadi,” ujar Sulastomo.

Kejelasan seperti itu, menurut dia, harus ada sehingga masyarakat tahu akan memilih orang atau partai politik seperti apa dan apa saja program yang mereka usung. (DWA)

Source : kompas.com

You may also like
Parpol Masih Cenderung Marjinalkan Perempuan
Kader Parpol: PDP dan Partai Barnas Gerogoti Demokrat
Pengumuman Tanpa Dilengkapi Foto Caleg
Sembilan Caleg di Sumbar Masih di Bawah Umur

2 Responses

  1. furqon

    JANGAN SALAH MEMILIH PEMIMPIN (CALEG)

    Kepemimpinan adalah subyek yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah kepemimpinan yang mengkonotasikan citra individual yang kuat dan dinamis yang berhasil di bidang kemiliteran,pemerintahan perusahaan yang sedang berada di puncak kejayaan, atau memimpin bangsa. Sebagian besar definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi
    Sangat menarik membicarakan masalah kepemimpinan dalam masa masa menjelang pesta demokrasi yang akan segera kita songsong nanti. Hampir semua para caleg yang notabene adalah calon – calon pemimpin yang akan membawa negeri ini kedalam suatu perubahan yang lebih baik. Hampir semua para caleg meneriakkan janji – janji setinggi langit, atas nama rakyat, hati nurani, kesejahteraan dan mungkin bahasa – bahasa yang sudah akrab dengan telinga kita sampai kita malas untuk mendengarkannya. Hampir semua calon – calon legislatif kita mengumbar janji menebar mimpi kepada masyarakat. Adalah suatu fenomena menarik dengan banyak hadirnya para caleg yang mempunyai latar belakangnya yang masih perlu dipertanyakan kredibilitasnya, baik intelektual maupun kepribadiaannya. Apakah mereka nanti sebagai pemimimpin (caleg) benar- benar berorientasi pada visi dan misinya untuk rakyat? Kepemimpinan seperti apa yang akan mereka tampilkan?
    Kepemimpinan masa depan di era yang penuh transparansi akibatnya kemajuan tekhnologi informasi yang luar biasa ini, menuntut adanya sistem yang menjamin terselenggaranya keadilan. Di dalam negeri, kepemimpinan model seperti itu harus dibangun melalui pendekatan intelektual dan moral, yang disertai dengan kemampuan menguasai pelbagai ketrampilan yang diisyaratkan oleh kepemimpinan global dalam konteks inilah, sharing leadership harus diutamakan ketimbang individual leadership. Seorang pemimpin yang berhasil di masa depan akan bergerak secara terintegrasi dalam rangka membangun manusia, memberdayakan manusia, mendorong dialog di masyarakat, memacu kreativitas rakyat, mampu mengantisipasi perubahan sosial-budaya, mampu melakukan negosiasi yang efektif dan konstruktif untuk kepentingan bangsa.
    Masa depan dunia bergerak cepat. Perubahan demi perubahan akibat kemajuan tekhnologi terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Perubahan itu tentu saja akan membawa serta dampak sosial dan budaya kepada masyarakat. Karena itu, kepemimpinan masa depan harus dinamis dan mampu mengantisipasi segala perubahan akibat dampak teknologi modern meminjam filsafat Tao, kepemimpinan harus bersifat luwes tapi kuat seperti air. Manusia tidak akan dapat membendung dinamika perubahan dunia. Maka yang harus dilakukan kepemimpinan yang berwawasan dalam menghadapi krisis multidimensi dan tantangan global di abad 21 ini adalah berjalan sesuai dinamika global, sambil mencari strategi untuk memanfaatkan dinamika global itu dalam rangka kepentingan nasional.
    Negara kita yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan, merupakan salah satu tantangan yang berat bagi calon – calon pemimpin bangsa ini. Untuk dapat menselaraskan perbedaan yang beragam menjadi suatu kesatuan yang kokoh dan kuat serta di segani masyarakat dunia Internasional perlu keluwesan dalam menatap tantangan jaman . Kehidupan yang begitu beragam bukan menjadi suatu hambatan tetapi merupakan suatu keunggulan dan potensi menjadi suatu kekuatan yang besar bagi pemimpin yang mampu melihat peluang – peluang sekecil apapun untuk menuju perubahan yang lebih baik. Tidak hanya pemimpin pusat namun sebagai pemimpin – peminpin didaerahpun diharapkan mampu menjembatani suara rakyat, permasalahan – permasalahan wilayahnya, kemampuan membangkitkan, memberdayakan potensi –potensi yang ada diwilayahnya untuk kepentingan bersama, bukan kepentingan kelompok apalagi kepentingan pribadi.
    Pesta demokrasi sudah diambang pintu, marilah buka mata, buka telinga yakinkan hati teguhkan tekad yang kuat,mantapkan pilihan kita pada salah satu calon- calon pemimpin yang benar- benar mampu mewakili rakyat, mengutamakan kepentingan nasional, berpikir visioner,, mampu mengantisipasi segala perubahan akibat dampak teknologi modern dan yang terpenting adalah seorang pemimpin yang berwawasan kebangsaan berlandaskan pancasila dan UUD 1945 !!!
    Muhamad Nurikhsan S.Psi

Leave a Reply