JAKARTA – Sepekan agresi militer Israel di jalur Gaza berlangsung, korban nyawa tak berdosa terus bergelimpangan. Ribuan anak dan perempuan juga harus menanggung luka. Tragedi inilah yang terus memicu reaksi keras dunia internasional. Khusus di Indonesia, serangan Israel terhadap bangsa Palestina tersebut memancing aksi demontrasi dan protes besar-besaran. Mereka dari kalangan pemerintah, organisasi massa, LSM, hingga partai politik. Semuanya mengutuk aksi militer Israel di bumi Palestina.
Meski demikian, dimensi dinamika lokal Palestina maupun Indonesia tampak sulit dilepaskan dalam menyikapi persitiwa ini. Pasalnya, agresi Israel itu tak mudah dilepaskan dari persoalan lokal masing-masing negara.
Di Palestina, secara faktual kondisi saat ini yang terjadi tidak terlepas dari kompetisi antarfaksi, yaitu kelompok Hamas dan Fattah. Pun di Israel, ada persaingan antarkandidat Perdana Menteri (PM) bakal digelar tak lama lagi. Agresi Israel ke Palestina, masuk dalam strategi pencitraan politik masing-masing kandidat.
Menurut pengamat politik internasional, Bachtiar Aly, persoalan yang terjadi di Palestina cukup kompleks. Nuansa lokalitas baik di Palestina maupun di Israel cukup kuat melatari agresi militer itu.
“Untuk konteks Palestina, ini terkait dengan leadership Mahmoud Abbas yang belum mampu mengendalikan Hamas,” tegas Bachtiar, tadi sore. Kondisi ini tidak terlepas dari pemahaman Amerika Serikat bahwa kekuatan Fattah (kubu Mahmoud Abbas) lebih stabil dibanding Hamas. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya.
Sedangkan di dalam negeri Israel, sambung mantan Duta Besar Indonesia untuk Mesir tersebut, persaingan calon kandidat Perdana Menteri Israel menyeruak dalam agresi militer yang dimulai sehari menjelang pergantian tahun baru Islam tersebut. “Serangan Israel tidak terlepas dari kompetisi di internal dalam negeri Yahudi dalam pembangunan citra positif bagi rakyat Israel,” bebernya.
Di samping persoalan internal masing-masing negara, momentum peralihan kepemimpinan Presiden AS secara baik dimanfaatkan kubu Israel dalam melancarkan agresi militernya. “Israel cukup cerdik dengan melakukan agresi militer menjelang masa akhir pemerintahan Bush pada 20 Januari mendatang. Karena hal ini sulit terjadi, jika Obama secara de jure menjadi presiden AS,” ungkapnya.
Lebih dari itu, guru besar bidang ilmu komunikasi di UI tersebut menyebutkan, persolan Palestina juga tidak lepas dari sikap negara-negara Arab yang beragam. “Ada negara Arab yang terang-terang di belakang Amerika, ada pula yang dari radikal menjadi lunak, serta ada yang wait and see.Jadi memang cukup kompleks, persoalan Palestina itu,” jelasnya.
Lalu bagaimana dengan reaksi yang muncul di Indonesia? Pasca penyerangan militer Israel ke Palestina, beragam aksi solidaritas masyarakat Indonesia pun bermunculan. Mulai dari pengumpulan dana bantuan, pengiriman tenga medis, hingga mengirimkan sukarelawan.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tergolong sebagai kelompok yang paling demontratif dalam melakukan aksi solidaritas itu. Jumat (2/1) ini, PKS bahkan tak segan-segan mengerahkan 200 ribu simpatisannya untuk mendemo Kedutaan Besar AS di Jakarta.
Meski demikian, aksi show of force PKS atas isu Palesitina itu bukan berjalan tanpa kritik. Tudingan eksploitasi isu Palestina untuk komoditas Pemilu 2009 pun bermunculan, meski langsung dibantah.
“Itu tuduhan ngawur. Padahal kita secara kontinyu melakukan aksi untuk Palestina, tidak hanya pada saat ini saja,” tegas Presiden PKS Tifatul Sembiring, tadi sore di Jakarta.
Pria berjenggot itu menegaskan, aksi PKS dalam kasus agresi militer Israel ke Palestina adalah pengejawantahan pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan kemerdekaan adalah hak semua bangsa. “Reaksi kita atas Palestina terkait dengan isu kemanusiaan dan keislaman,” tegasnya.
Bagaimanapun, menurut Bachtiar Aly, satu-satunya solusi atas persoalan Palestina bagi masyarakat Indonesia adalah mendesak pemerintah agar segera melakukan lobi dengan negara AS untuk menekan Israel.
Selain itu, bentuk bantuan yang dilakukan Indonesia kepada Palestina harus realistis dan terukur. “Kalau mengirim relawan harus hati-hati. Lebih baik membantu materi dan pengobatan,” sarannya.
Source : Waspada Online
namanya juga kampanye -_-
kampanye salah alamat ,kalau di indonesia tidak ada ke dutaan Israel . berani enggak demo di singapura .karena di sana ada duta besar israel .kalau main demo di sana , Langsung di deportasi .