Jakarta, Kompas – Partai Persatuan Pembangunan atau PPP di tingkat nasional kehilangan aparatus atau alat ideologinya. Hal ini yang membuat penurunan dukungan suaranya, yang terjadi terus-menerus sejak 30 tahun lebih hingga sekarang.
Pada Pemilu 1977, PPP pernah meraih 29,28 persen suara. Namun, pada Pemilu 2004 turun menjadi 8,15 persen saja.
Demikian dikatakan anggota DPR yang juga Ketua Harian Dewan Pimpinan Pusat PPP, Arief Mudatsir Mandan, saat mempertahankan disertasinya, sebagai kandidat doktor, dalam Sidang Terbuka Senat Guru Besar Universitas Indonesia, Jakarta, Jumat (11/7).
Arief mendapat gelar doktor bidang sosiologi dengan predikat cumlaude. Ia menyelesaikan studinya tepat tiga tahun dengan indeks prestasi 3,83 dengan nilai tesis A. Tesisnya berjudul Ideologi Politik bagi Kaum Santri: Makna Asas Islam bagi Kiprah Politik PPP.
Sebagai penguji, Prof Dr Azyumardi Azra, Iwan Gardono Sudjatmiko PhD, dan Dr JB Kristiadi. Selaku promotor adalah Prof Dr Robert MZ Lawang dan kopromotor Francisca SSE Seda PhD. Sidang dipimpin Dr Billy K Sarwono.
Salah satu temuan penting dalam disertasi Arief adalah terjadi kontradiksi dalam tubuh PPP. Di tingkat nasional terjadi penurunan dukungan suara terus-menerus sejak 30 tahun lebih hingga sekarang, tetapi di tingkat lokal Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, yang dikategorikan kampung santri, PPP menunjukkan dominasinya secara signifikan, meski ada juga penurunan.
Dari temuan ini, Arief merekomendasikan kepada PPP agar memiliki aparatus ideologi yang andal, yang dapat mematerialkan ideologi Islam dalam tataran praktik secara tepat. Di tingkat lokal, Jepara yang banyak aparatus dan praktik ideologinya pun tak cukup hanya cenderung verbal dan mengutamakan keislaman, bersifat simbolik dan formalistik. (sut)
Source : Kompas.com