Home > News > Mencari Dukungan dan Suara Lewat Media

Mencari Dukungan dan Suara Lewat Media

Prabowo Subianto, Minggu (19/8), berjalan meninggalkan Istana Negara menuju halaman samping bangunan bersejarah tersebut. Bersama para pejabat dan sejumlah pemimpin teras sejumlah partai politik, ia baru saja selesai bersilaturahim dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga dalam rangka Idul Fitri 1433 Hijriah.

Pertanyaan diajukan kepada Prabowo yang memakai setelan jas abu-abu, berbeda dengan pencitraannya di media. ”Bapak akhir-akhir ini selalu populer dalam survei. Tanggapan Bapak?” tanya wartawan. Prabowo terdiam lalu menjawab, ”Kalau didukung pers, pasti menang,” ujar Ketua Umum Dewan Pembina Partai Gerindra itu sambil memegang pundak wartawan yang bertanya.

Dalam sejumlah survei beberapa bulan terakhir, elektabilitas Prabowo tertinggi dibanding beberapa tokoh lain. Jika ”dirawat”, elektabilitas ini menjadi modal penting bagi Prabowo untuk Pemilihan Umum Presiden 2014. Prabowo sadar betul, merawat dan menambah elektabilitas bergantung pada media.

Saiful Mujani dan R William Liddle menulis, hasil survei yang digelar tak lama setelah Pemilu Legislatif dan Pilpres 2009 menunjukkan, kampanye di media, khususnya di televisi, menjadi kekuatan besar yang memengaruhi pemilih (Voters and The New Indonesian Democracy, Problems of Democratisation in Indonesia, 2010).

Dalam survei itu, responden diminta menyebut nama partai dan pasangan kandidat presiden/wakil presiden yang informasi kampanye serta iklannya paling sering dilihat di televisi, dibaca di surat kabar, dan didengar di radio. Partai Demokrat, Gerindra, dan Golkar adalah tiga partai yang paling banyak disebut. Pada Pilpres 2009, pasangan Yudhoyono-Boediono paling banyak informasi serta iklan kampanyenya ketimbang pasangan kandidat lain.

Tak mengherankan, periode Januari-Maret 2009, pengeluaran Demokrat untuk iklan di televisi paling besar (Rp 51 miliar), disusul Golkar (Rp 48 miliar), dan Gerindra (Rp 45 miliar). Demokrat dan pasangan Yudhoyono-Boediono menang. Gerindra yang merupakan partai baru meraih 26 kursi.

Peran media sangat penting dalam politik. Manuel Castells menyatakan, semua pesan, semua organisasi, dan para pemimpin yang tidak hadir dalam media tidak akan eksis di benak rakyat. Hanya mereka yang mampu menyebarluaskan pesan kepada masyarakat luas memiliki peluang memengaruhi keputusan warga, yang akhirnya mengantar mereka untuk berkuasa atau tetap berkuasa (Communication Power, 2009).

Castell menyebut, media merupakan sarana efektif dalam komunikasi sosial, sebuah bentuk komunikasi yang berguna dalam mengonstruksikan makna di benak manusia. Bahkan, ada pendapat ekstrem yang menyebutkan, urusan politik sebenarnya semata-mata urusan politik media.

Menghadapi media

Kesadaran akan peran media itu yang tampaknya mengantar Prabowo menghadapi dan melayani semua pertanyaan wartawan sejumlah media di Singapura seusai memenuhi undangan kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) awal Agustus lalu. Kesempatan itu juga dipakai Prabowo untuk memperkenalkan dirinya yang tidak populer di mata publik Singapura. Paling tidak, demikian penilaian Zakir Hussain, wartawan Straits Time Singapore.

Wartawan Singapura menaruh perhatian pada Prabowo karena naiknya popularitasnya di berbagai survei di Indonesia. ”Kami wartawan, kami menuju ke mana masyarakat melihat,” kata Jonathan Thatcher, perwakilan Reuters di Singapura.

Wartawan NHK Jepang bertanya tentang pidato tanpa teks Prabowo dan perjalanan yang membuat Prabowo terjun ke politik. Prabowo menjawab, ia menyiapkan teks, tetapi memilih tidak memakainya saat pidato. Soal terjunnya ke dunia politik, Prabowo bercerita tentang keluarganya yang ikut perang kemerdekaan dan keinginannya membuat Indonesia punya harga diri di mata dunia.

Wartawan Straits Times mempertanyakan peran Prabowo tahun 1998. Prabowo mengaku sering mendapat pertanyaan itu. Prabowo mengerti, ada pembunuhan karakter dalam politik. Ia mengaku konstitusionalis karena sebagai tentara disumpah menjunjung UUD 1945. Ia juga mengaku berkomitmen pada demokrasi. ”Tahun 1998 saya dituduh mau kudeta. Dalam keadaan menguasai setengah dari Angkatan Darat, saya turun,” ujarnya.

Dalam pengantar kuliah umum, Dekan RSIS Barry Desker mengatakan, seri kuliah umum di RSIS akan mengundang semua calon pemimpin Indonesia. Desker menyebut Prabowo sebagai mantan Komandan Kopassus. Lewat Nusantara Group, Prabowo berbisnis di bidang energi dan perikanan. Salah satu tambang Prabowo ada di Kazakhstan.

Latar belakang itu ditekankan dan perlu diketahui publik.

(Edna C Pattisina/A Tomy Trinugroho)

Source : Kompas.com

Posted from WordPress for Android

You may also like
Pemilu Turki, Pengamat: Partai atau Caleg yang Bagi-bagi Sembako dan Politik Uang Tak Dipilih Rakyat
Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Sederet Opsi Penentu Kemenangan Pilpres
Jajak Pendapat Litbang “Kompas” : Pemilih Muda Lebih Kritis Memandang Kinerja Parlemen
Muhaimin Iskandar dan Jejak Lihai Sang Penantang Politik

Leave a Reply