Home > Education > Political Marketing > Partai Aceh Merasa Diteror, Polisi Pidie Perintahkan Penurunan Umbul-umbul

Partai Aceh Merasa Diteror, Polisi Pidie Perintahkan Penurunan Umbul-umbul

Banda Aceh | Harian Aceh-Partai yang dibentuk eks kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Partai Aceh, mulai mendapatkan teror di sejumlah daerah. Karena umbul-umbul dan lambang partai yang mirip bendera GAM, aparat kepolisian Pidie memerintahkan DPW setempat menurunkan seluruh atribut partai.

“Ini jelas teror,” kata Juru Bicara Partai Aceh, Adnan Beuransyah, kepada pers, di Banda Aceh, Kamis (10/7). Dia merasa sedang dihadang oleh pihak-pihak tertentu agar gagal dalam Pemilu 2009.

Dia menjelaskan aparat kepolisian Pidie telah memerintahkan DPW Partai Aceh daerah itu untuk menurunkan umbul-umbul lambang dan beberapa perangkat partai, pada Selasa (8/7) tengah malam.

“Alasan mereka, umbul-umbul kita mirip bendera perjuangan GAM dulu. Kita tetap bersikap untuk tidak mau menurunkan karena Partai Aceh sudah legal sehingga sempat terjadi perdebatan antara polisi dengan pengurus partai,” tutur Adnan.

Selain itu, di Kabupaten Aceh Singkil juga mulai berlaku hal yang sama. Seluruh umbul-umbul Partai Aceh diturunkan paksa oleh pihak-pihak tertentu, sehingga beberapa pengurus Partai Aceh merasa dipojokkan dan serba salah. “Ini juga berlaku di beberapa daerah yang basis eks GAM-nya masih lemah,” katanya.

Sebelumnya informasi yang beredar justru sebaliknya. Simpatisan Partai Aceh disebut-sebut seringkali meneror dan mengintimidasi partai lokal lain agar tak lolos verifikasi. Adnan membantah keras informasi itu dan menyebutnya sebagai pemutarbalikan fakta.

“Justru kita yang diintimidasi,” tuturnya. Hanya saja, ia mengakui ada beberapa kasus yang boleh jadi dianggap Partai Aceh melakukan intimidasi. Misalnya, ada partai lain (selain Partai Aceh) mencoba untuk merekrut anggota KPA untuk menjadi pengurus, maka KPA akan memanggil yang bersangkutan dan meminta penjelasan terhadap hal ini. “Karena mereka tidak diizinkan masuk partai lain selain Partai Aceh,” ucapnya.

Adnan maupun KPA beranggapan keluar KPA bagi eks kombatan adalah desersi. “Ya. Bagi kami, keluar dari KPA berarti melakukan desersi seperti anggota kepolisian,” kata Adnan.

Sementara itu, Ketua umum Partai Aceh Muzakir Manaf menyerukan kepada seluruh simpatisan Partai Aceh untuk menghentikan cara-cara pemaksaan dan intimidasi kepada siapa pun karena tindakan itu melanggar hukum.

“Kita dirikan partai ini untuk membawa aspirasi rakyat bukan untuk memaksa keinginan orang lain. Semua kegiatan harus seizin pimpinan partai dan tidak ada pembangkangan atas apa pun yang telah disepakati,” kata Muzakir Manaf, menanggapi santernya isu intimidasi yang dilakukan simpatisan Partai Aceh terhadap partai lain.

Dia menghimbau simpatisan Partai Aceh tidak melakukan tindakan yang bersifat provokatif karena ditakutkan akan digunakan pihak lain untuk menjelekkan partai ini dan dapat merusak nilai damai.

Hadirnya partai lokal, kata dia, bentuk implementasi kesepakatan damai. “Karenanya mari semua komponen masyarakat untuk ikut menyukseskan dengan cara taat atas semua aturan yang berlaku,” katanya.

Selain itu Muzakir juga melarang simpatisan partainya melakukan arak-arakan secara massal tanpa seizin pihak berwenang. Sebelum ditetapkannya jadwal kampanye terbuka oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP).

“Apapun sifat dan kepentingannya kami melarang adanya gerakan massa partai yang terorganisir. Kita harus sadar, semua proses itu akan tiba, sehingga tidak perlu memaksakan diri sekarang. Setelah ada penetapan KIP baru kegiatan itu dilakukan,” imbaunya.

Muzakir mengharapkan, seluruh jajaran Partai Aceh untuk terus melakukan konsolidasi ke dalam demi maksimalnya sosialisasi program partai untuk tujuan jangka panjang.

Saat ditanya kemungkinan berkoalisi dengan partai nasional untuk menempatkan wakilnya di DPR-RI, Adnan menyebutkan belum dibicarakan di internal partai. “Kita belum membicarakan di internal partai soal afiliasi,” katanya.

Dia menolak mengomentari tentang isu Partai Aceh akan berafiliasi dengan Partai Golkar mengingat kedekatan petinggi Partai Aceh dengan Jusuf Kalla, Ketua Umum Partai Golkar yang juga wakil presiden. “Kita belum memutuskan masalah tersebut, dan belum dibicarakan di internal partai,” sanggah Adnan lagi.

Source: Harian Aceh

You may also like
Sikapi Pemilu Dengan Arif
Kader Partai SIRA Diminta Bersikap Bijak: Caleg PRA Teken Kontrak Politik
Dana verifikasi parlok tak jelas
KPA Lansir Temuan Black Campaign

1 Response

  1. Pingback : Pages tagged "kombatan"

Leave a Reply