SIGLI – Sedikitnya enam bendera Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dipasang di Bundaran Beringin, Kota Sigli, Selasa, (19/8) sekira pukul 21.00 hangus dibakar OTK (Orang Tak Dikenal).
Peristiwa ini menambah catatan hitam bagi PKS, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009, setelah beberapa waktu lalu salah seorang kader dan staf partai di Pidie Jaya, dibogem oknum anggota Komite Peralihan Aceh (KPA).
“Kami sangat menyesalkan peristiwa pembakaran bendera partai kami oleh orang tidak bertanggung jawab. Ini merupakan peristiwa buruk yang dilakukan orang-orang yang tak ingin Aceh damai,” kata Ketua DPD PKS Pidie, Teuku Syahrial kepada Waspada, Rabu (20/8).
Didampingi Ketua Fraksi PKS DPRK Pidie, Darul Irfan, T. Syahrial mengatakan, aksi pembakaran terhadap bendera partai yang dipimpinnya itu adalah bentuk pelanggaran pidana yang dapat berdampak buruk terhadap proses demokrasi di bumi Serambi Mekah.
Padahal, selama ini PKS tidak pernah melakukan aksi-aksi yang dapat merusak citra partai lain. ”Kita inigin sportif. Buat apa kita menghina serta mencela orang lain. Karena kita ingin proses demokrasi di Aceh berlangsung dengan tertib, damai dan sportif. Tapi kalau begini caranya, ini kan tidak baik,” katanya.
Di tempat yang sama Ketua F-PKS DPRK Pidie, Darul Irfan menegaskan, terkait kasus pembakaran terhadap enam bendera PKS yang dipasang di Bundaran Beringin, Kota Sigli, pihaknya telah melaporkannya ke polisi. Sikap itu ditempuh karena pembakaran bendera partai hukumnya pidana. Sebab, aksi tersebut dilarang dalam Undang-undang.
”Ini adalah penghinaan dan pelecehan terhadap partai kami. Karena itu kami tempuh secara hukum. Kami mendesak polisi menangkap pelaku dan menghukumnya sesuai amanah UU. Kami minta seluruh kader PKS di Pidie supaya dapat menahan diri, serta tidak melakukan aksi serupa,” tegas Darul.
Sementara anggota DPR-RI, F-PKS asal Aceh, Nasir Jamil yang dihubungi Waspada secara terpisah melalui telefon, Rabu (20/8) menegaskan, aksi pembakaran bendera PKS dilakukan sekelompok orang yang ingin menunjukkan di mata dunia bahwa Aceh tidak aman.
“Saya pikir aksi ini ditujukan bukan untuk partai politik saja, tetapi terhadap Aceh secara umum. Perlu diingat ada sekelompok orang yang tak ingin melihat Aceh damai. Karena itu PKS tidak akan terpancing dengan aksi-aksi kuno seperti itu,” kata Nasir yang mengaku sedang berada di Blang Pidie.
Ia menyebutkan, kelompok orang tersebut memang sengaja menciptakan situasi tidak aman di Aceh, terutama menghadapi Pemilu 2009. Karena itu, sebut Nasir, seluruh elemen masyarakat Aceh dan Polisi selaku penegak hukum harus waspada terhadap gerakan-gerakan kelompok orang-orang yang tak ingin melihat Aceh aman. “Saya pikir menahan diri dan waspada langkah paling bijak supaya kita tidak terpancing aksi-aksi profokatif seperti itu,” tandas Nasir.
Kapolres Pidie, AKBP Dedi Setyo Yudo Pranoto, SSTmK ketika dikonfirmasi via handphone kemarin, menyebutkan pihaknya belum mendapat laporan dari PKS. Kendati begitu, sebut Dedi, pihaknya akan menyelidiki kasus pembakaran bendera PKS tersebut. ”Saya belum mendapat laporan. Tapi saya akan cek,” tegas Dedi.()
Source : Harian Waspada, 21 Agustus 2008