Partai Nasdem mencoba menghadirkan kejutan dengan menetapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Tak berhenti di situ, partai politik yang dipimpin Surya Paloh itu juga menjanjikan kejutan lain.
Pilihan pada Anies mengejutkan karena dari tiga figur yang direkomendasikan menjadi bakal calon presiden (capres) Nasdem oleh Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Nasdem, Juni 2022, elektabilitas Anies bukanlah yang tertinggi. Masih ada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya berbasiskan hasil survei sejumlah lembaga jauh lebih tinggi daripada Anies.
Adapun satu nama lain yang direkomendasikan Nasdem, yaitu Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Berdasarkan Survei Litbang Kompas periode Juni 2022, Ganjar berada di urutan kedua dengan elektabilitas 22 persen, sedangkan Anies berada di peringkat ketiga dengan elektabilitas 12,6 persen. Urutan teratas diduduki Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan elektabilitas 25,3 persen.
Survei oleh Indikator Politik Indonesia dan Charta Politika pada September 2022 juga memperlihatkan elektabilitas Ganjar yang jauh di atas Anies. Bahkan, di kedua survei ini, Ganjar berada di peringkat pertama atau sudah melampaui Prabowo.
Terkait hal ini, Ketua DPP Partai Nasdem Sugeng Suparwoto menyampaikan, ada kesulitan komunikasi dengan Ganjar. Nasdem juga dalam posisi sulit karena jika mendeklarasikannya, kader dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu belum tentu mengiyakan. Seperti diketahui, Ganjar berulang menyatakan bahwa dirinya masih kader PDI-P. Sebaliknya, menurut Sugeng, komunikasi Nasdem bisa intens dengan Anies.
Elemen kejutan sesungguhnya, menurut Sugeng, coba dihadirkan melalui keputusan Nasdem mempercepat penetapan Anies sebagai bakal capres. Setelah Ketua Umum Nasdem Surya Paloh berkontemplasi selama tiga bulan, seluruh pimpinan Nasdem berkumpul. Mereka sepakat untuk segera mengumumkan, persisnya pada Senin (3/10/2022), sebelum momentum ulang tahun Nasdem pada 11 November.
”Tidak ada faktor (yang mendesak). Orang boleh kalau dalam istilah Indonesia pasti politik gotak gatek gatuk. Menghubungkan satu fenomena dengan yang lain. Tapi, bagi kami, saya tahu persis karena saya ada di dalam, ini betul-betul momentum karena sudah tiga bulan tadi. Segera memutuskan siapa,” tuturnya.
Sugeng menyampaikannya dalam diskusi Satu Meja The Forum bertajuk ”Nasdem Curi Start, Untung Atau Buntung?” yang disiarkan Kompas TV, Rabu (5/10) malam. Dalam diskusi yang dipandu Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo itu, selain Sugeng, hadir pula sebagai narasumber yaitu Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat Andi Mallarangeng, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia, dan Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya.
Sugeng membantah keputusan mengumumkan Anies lebih cepat karena perkara Formula E yang tengah diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Anies yang menjabat Gubernur DKI Jakarta menjadi salah satu yang diperiksa sebagai saksi oleh KPK. Ia kembali menegaskan, keputusan mengumumkan Anies adalah proses politik internal partai. Ia juga menegaskan bahwa Nasdem akan memberikan kejutan lain lagi.
Partai Demokrat yang aktif berkomunikasi dengan Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk membangun koalisi juga mengaku terkejut dengan keputusan Nasdem. Andi Mallarangeng mengungkapkan, Demokrat terkejut karena mereka berpikir koalisi akan terlebih dulu dideklarasikan bersama pada 10 November.
Meskipun demikian, Demokrat mengapresiasi Nasdem yang memberi tahu sehari sebelum deklarasi Anies dan mereka bisa langsung bertemu Surya Paloh. Menurut Andi, cepatnya penetapan pencalonan Anies memperlihatkan keseriusan Nasdem menghadapi Pemilu 2024
Menurut Andi, Demokrat, PKS, dan Nasdem akan terus berbicara intens untuk membangun koalisi. Mereka saat ini masih belum menyepakati bersama beberapa hal, salah satunya pasangan calon presiden dan wakil presiden, serta strategi pemenangan.
Di dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Demokrat, ada aspirasi yang bulat dari kader yang meminta Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon presiden atau wakil presiden. ”Sebagian di Partai Demokrat memang juga sudah melihat wah ini Anies-Agus tampaknya untuk koalisi perubahan ini, dengan itu platform perubahan itu cocok sudah tampaknya. Kelihatannya,” ujar Andi.
Namun, pembicaraan soal rencana menyandingkan Anies dan Agus masih menunggu keputusan dari Majelis Tinggi Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, harus ada pembicaraan lanjutan dengan Nasdem dan PKS serta Anies.
Dihubungi Kamis (6/10), Ketua Badan Pemenangan Pemilu Demokrat Andi Arief menyampaikan, Anies akan menemui Agus di Kantor DPP Demokrat, Jakarta, Jumat (7/10). Andi meyakini pertemuan Anies dan Agus sebagai pertanda baik. Pertemuan menjawab keinginan publik yang menginginkan Anies- Agus di Pilpres 2024.
Mekanisme demokrasi
Ahmad Doli Kurnia menilai, keputusan Nasdem mengumumkan Anies sebagai calon presiden bukan mencuri start. Sebab, sebelum Nasdem, partai lain sudah menyampaikan calon presidennya, seperti Partai Golkar dan Partai Gerindra. ”Ini sesuatu mekanisme demokrasi yang berjalan,” kata Doli.
Menurut Doli, pencalonan Anies sejalan dengan Golkar dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang menginginkan adanya calon presiden sejak awal supaya masyarakat mempunyai waktu yang panjang untuk melihat tokoh-tokoh yang potensial. Para calon bisa menyampaikan narasi, menawarkan konsepsi, program, dan visi misinya. Dengan waktu yang cukup, partai politik bisa mempertegas pelembagaan.
Yunarto Wijaya memprediksi, manuver Nasdem akan mempercepat pertarungan untuk mengambil penentuan posisi politik. Terlebih, yang terjadi pada Pilpres 2024 berbeda dengan 2019 karena tidak ada petahana. Imbas dari itu, akan muncul isu mengenai keretakan koalisi, mundurnya menteri, hingga pengkhianatan. Partai pun akan cenderung lebih cepat mengambil keputusan.
Namun, ia tak yakin partai mengambil keputusan berdasarkan kesamaan platform, pandangan masa depan, dan program. Mereka akan lebih banyak membicarakan cara mengejar kekuasaan atau membicarakan siapa yang dianggap akan berseberangan.
Oleh: PRAYOGI DWI SULISTYO
Editor: ANTONIUS PONCO ANGGORO
Source : Kompas.id