Palembang, Kompas – Kekalahan Partai Golkar dalam beberapa pemilihan kepala daerah di Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Sumatera Utara menyebabkan partai berlambang beringin itu mengubah strateginya di Sumsel. Terpuruknya Partai Golkar disebabkan kurangnya mobilisasi pemilih pada saat pencoblosan.
Demikian diutarakan Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Andi Matalatta dalam deklarasi bersama Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang mengusung Alex Noerdin-Eddy Yusuf sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, Rabu (23/4) di Hotel Aston, Palembang.
Andi mencontohkan kekalahan dalam Pilkada Jawa Barat. Menurut dia, partisipasi masyarakat dalam pilkada di Jawa Barat sangat rendah, tercatat sekitar 40 persen pemilih adalah golput.
Namun, dia yakin di Sumsel bakal menang karena pilihan masyarakat berdasarkan keyakinan terhadap para calon. ”Kami optimistis mendapat tempat di masyarakat Sumsel,” ujar Andi.
Dekati kader
Andi juga meminta tim sukses untuk membantu masyarakat saat pilkada berlangsung. Bila perlu menyediakan transportasi untuk menjangkau tempat pemungutan suara.
”Pantau pendaftaran pemilih meskipun itu tugas KPU. Kalau perlu datangi satu per satu apakah kader sudah terdaftar. Pada saat pencoblosan lakukan mobilisasi, siapkan angkutan sampai ke tempat pemungutan suara, masyarakat dibantu agar bisa sampai ke bilik suara,” ujarnya.
Andi mengutarakan bahwa dalam pemilu presiden, kampanye sangat penting karena masyarakat merasa kepentingannya jauh. Adapun dalam pilkada, kepentingan masyarakat terasa dekat sehingga calon harus menunjukkan tindakan nyata, seperti membangun sekolah, rumah sakit, atau jalan.
Menurut Wakil Ketua DPP Partai Golkar Agung Laksono, kekalahan Partai Golkar dalam beberapa pilkada merupakan hal biasa dalam demokrasi. Namun, dia optimistis calon Partai Golkar akan mendapat simpati masyarakat Sumsel.
Bendahara DPP PAN Hafiz Tohir mengungkapkan, dalam tiga pilkada di Sumsel, calon Partai Golkar selalu menang. Hal tersebut membuat PAN optimistis calon dari Partai Golkar dan PAN menang pada pilkada ini.
Isu populis
Pengamat politik dari Unsri Alfitri mengatakan, tipikal masyarakat Sumsel didominasi masyarakat pedesaan yang suka isu populis. Pilkada Jawa Barat berbeda karena calon incumbent tidak menunjukkan perubahan, sedangkan lawannya gencar menawarkan perubahan.
Menurut Alfitri, mesin politik juga berperan. Oleh karena itu, mesin politik Syahrial Oesman yang didukung birokrasi dan Alex Noerdin yang didukung Golkar serta PAN akan beradu.
”Pemenang Pilkada Sumsel tergantung pada mesin politik dan jargon-jargon kampanye. Calon incumbent sulit dikalahkan, jadi calon lain harus menang besar,” tutur Alfitri. (WAD)
Tulisan ini dikutip dari Kompas Cetak, Kamis, 24 April 2008 | 01:42 WIB